bulat.co.id - Pemalang | Wong Kaso atau Suku Kaso yang
menempati daerah Desa Sarwodadi, Kecamatan Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah,
dikenal sebagian masyarakat kota berjuluk pusere jawa memiliki pribadi yang
unik.
Dengan biasa bicara apa adanya, dekat
dengan alam dan kuat dalam memegang tradisi budayanya, ada juga sebagaian
masyarakat menganggap jika Wong Kaso dikenal sebagai suku saminnya Kabupaten
Pemalang.
Baca Juga : Diduga Depresi, Mama Muda Tewas Minum Racun di Hotel Tong Inn
Budaya atau karakter Wong Kaso dengan
masuknya budaya modern, semakin lama semakin terkikis. Ada satu cerita yang sangat
terkenal oleh masyarakat Kabupaten Pemalang, tentang suku Wong Kaso, yaitu jika
anda meminjam cangkul kepada orang kaso, maka orang kaso akan meminjamkan
cangkulnya dengan mencopot terlebih dahulu doran (kayu pegangan cangkul) kepada
anda. Sebab saking lugunya, ketika ingin pinjam cangkul kepada suku kaso harus dijelaskan
pinjam cangkul beserta kayu pegangannya.
Saat ini satu-satunya budaya
tradisional yang masih di pertahankan oleh masyarakat kaso adalah Boneka
Brendung. Sebuah boneka yang terbuat dari tempurung kelapa dan mengandung magis.
Brendung bisa terbang sendiri dan sangat berat meski dipegangi empat atau enam
orang.
Prakoso (45) salah seorang perangkat
desa sekaligus sebagai ketua Paguyuban Seni Brendung Desa Sarwodadi , Kecamatan
Comal, mengatatakan, kesenian Brendung ini biasanya diadakan sebagai sarana
penolak bencana dan mendatangkan hujan di saat kemarau panjang melanda.
Kesenian Brendung sendiri,
lanjutnya, merupakan kesenian dalam bentuk boneka yang terbuat dari tempurung
kelapa untuk bagian kepala boneka, sedangkan tubuh boneka terbuat dari bamboo.
Boneka dirias sedemikian rupa termasuk dikasih baju, sehingga menyerupai wanita
cantik. Kemudian ditancapkan pada alas tampah atau penampi. Menurut si pembuat Brendung,
boneka cantik tersebut diibaratkan bidadari atau menurut istilah setempat
disebut dengan Brendung.
Baca Juga : KPU RI Tetapkan DPT Pemilu 2024
Dalam permainan Brendung, 4 atau 6
wanita diperbantukan sebagai pelantun (penyanyi), sedangkan untuk yang
memimpinnya disebut sebagai Mlandang.
Tugas Mlandang memainkan boneka
bidadari (brendung) sekaligus sebagai pemeran utama dalam pementasan lakon Brendung
tersebut. Sedangkan ada 4 orang lagi yang tugasnya memegang tali dari 4 sisi
supaya boneka bidadari tidak lepas terbang.
Jika boneka yang disebut sebagai
Mbok Brendung tersebut sudah bergerak menari, keempat tali yang ada dipegang
terasa sangat berat. Ini artinya boneka Brendung sudah berhasil dimasuki roh
halus, karena permainan boneka Brendung sarat dengan magis.
Menurut Prakoso, pemimpin seni
budaya Brendung Desa Sarwodadi, apabila pemimpin tari yang bernama Mlandang
telah berhasil mengundang dan memasukan roh halus ke tubuh Brendung, maka Brendung
akan menari seperti berontak mau lepas terbang.
Terpisah, Nurhayati (55) warga
Penusupan, Kecamatan Randudongkal, ketika ditemui pada Minggu (2/7/2023)
mengatatakan, Brendung sering dipakai untuk sarana mendatangkan hujan. Biasanya
ditaruh di kuburan saat mau maghrib dan besoknya diambil menjelang maghrb. "Dua
atau tiga hari biasanya benar-benar turun hujan," katanya.
Pemerhati Sejarah dan Budaya
Kabupaten Pemalang, Rabadi (67) mengatakan, Kabupaten Pemalang masih banyak
menyimpan dunia magis baik benda pusaka dan budayanya. "Ini harus dipertahankan
sebagai sarana warisan budaya kepada anak cucu kita kelak," kata Rabadi.