bulat.co.id -JAKARTA
| Pernikahan pasangan anjing yang diberi nama Jojo dan Luna menuai polemik.
Berbagai pandangan muncuat dan menjadi pembahasan di media sosial.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Kamis (20/7), pesta
pernikahan hewan yang menelan biaya sebesar Rp 200 juta itu dinilai melecehkan
adat Jawa. Sebab, pada perayaan dengan nama Jojo Luna Party tersebut memakai
pakaian adat Jawa.
Baca Juga :Andre Onana Doakan Inter Milar Raih Scudetto Usai Hijrah ke MU
Selain itu, pesta pernikahan yang menelan biaya
besar itu dinilai ketidak pekaan kaum kelas atas terhadap kondisi sosial
masyarakat yang timpang secara ekonomi.
Namun, sebagian kalangan menilai perhelatan mahal
itu bentuk kasih sayang pemiliknya kepada hewan peliharaan yang sudah dianggap
sebagai anak.
Akibat polemik yang terjadi, Indira Ratnasari selaku
pemilik Luna menyatakan permintaan maaf atas penggunaan adat Jawa dalam
pernikahan hewan tersebut.
"Dengan ini kami menyatakan permohonan maaf
atas kegaduhan yang terjadi di masyarakat dengan terselenggaranya acara Jojo
Luna Party," ujar Indira, dikutip dari unggahan Instagram akun
@brigitavirginiamakeup.
"Kami sangat menyesal dan memohon maaf
sebesar-besarnya kepada para penggiat budaya Jawa dan seluruh masyarakat
Indonesia yang kurang berkenan dan tersakiti dengan acara ini,"
sambungnya.
Baca Juga :Dua Orang Tewas Peristiwa Penembakan Massal di Selandia Baru
Indira menyebut, dirinya sama sekali tidak memiliki
niat untuk melecehkan atau tidak menghargai budaya Indonesia, terutama budaya
Jawa. "Kami sangat berterima kasih juga karena telah diingatkan kembali
untuk lebih memahami budaya tersebut," katanya.
Seperti diketahui, perayaan
pernikahan dua ekor anjing ras Jojo dan Luna dilaksanakan pada Jumat (14/07)
lalu berlangsung selayaknya perkawinan manusia.
Pada sesi pertama, keduanya melangsungkan acara
pemberkatan. Dari foto-foto yang diunggah Indira Ratnasari di Instagram, anjing
betinanya bernama Luna mengenakan gaun berwarna putih dan Jojo memakai tuksedo.
jojo luna 2.jpg">
Kemudian di acara resepsi, Luna dan Jojo memakai
pakaian tradisional Jawa yang didesain khusus untuk anjing. Tak ketinggalan
kedua pemiliknya juga mengenakan seragam khas Jawa berwarna hijau lengkap
dengan pengiring. "Selamat berbahagia Jojo dan Luna," demikian ucapan
yang dipampang bersama foto pasangan pengantin.
Pemilik anjing jantan Jojo, Valentine Chandra,
mengatakan Jojo dan Luna sebetulnya sudah melangsungkan acarapre-weddingpada
Mei lalu yang berbarengan dengan ulang tahun Jojo yang ke-2. Saat ingin
menggelar pesta ulang tahun untuk Jojo, tercetus ide menyelenggarakan resepsi
pernikahan.
"Tadinya mau merayakan ulang tahun Jojo aja.
Ternyata kenapa nggak sekalian dibikinweddingaja ya. Ya
sudah kami cari vendor sana-sini akhirnya pernikahan terjadi," ujar Valen.
Valen tak menampik kalau uang yang dihabiskan untuk
acara ini mencapai Rp200 juta lebih. Biaya itu dipakai untuk membeli kostum,
katering, dekorasi, hingga hadiah untuk para undangan yang hadir.
"Hadiah adadoorprize, karena kita
ada lombafashion showanjing danownernya dengan
baju adat tema Nusantara. Kami berikan hadiah kepada tiga pemenang. Doorprizemobil
CRV mainan untuk anak, terus ada hadiahvacuum cleaner, yang
totalnya hampir Rp10 juta," terangnya.
Pengamat sosial dari Universitas Indonesia, Devie
Rahmawati, mengatakan, pangkal utama dari munculnya perdebatan bahkan sindiran
dari warganet atas pernikahan mewah sepasang anjing ini karena
"praktik-praktik orang yang mengglorifikasi kekayaan secara
berlebihan".
"Kasus-kasus pamer kekayaan ini belakangan juga
marak dikuliti warganet dan berakhir dengan pemeriksaan di kepolisian bahkan
KPK," kata Devie.
Dia mencontohkan kasus anak pejabat Direktorat
Jendral Pajak, Mario Dandy yang memamerkan kendaraan mewah milik bapaknya di
Instagram. "Pangkal utamanya adalah mau hidup di ruangonlineatauofflineitu
sederhana, Anda harus tahu ada budaya, etika yang perlu diperhatikan kalau Anda
ingin hidup harmonis dengan orang lain," ujar Devie.
"Mengingat manusia hidup bersosial, sehingga
kita tidak bisa merasa bahwa kita punya hak absolut untuk melakukan apapun dan
melupakan orang-orang di sekitar kita," sambungnya.
Itu mengapa bagi Devie tidak ada yang salah dengan
"kebaperan" sebagian orang melihat foto-foto mewah pesta pernikahan
anjing tersebut. "Sebab ketika mengunggah sesuatu di media sosial dan dilihat
oleh beragam orang dengan latar belakang pendidikan dan ekonomi yang berbeda,
ada baiknya orang-orang tidak melakukan hal yang berpeluang membuat orang lain
murka. Jadi tanggung jawab sosial dari dampak sebuah komunikasi bukan pada sang
penerima pesan, tapi produsen pesan," urainya. (dhan/bbs)