Meski begitu, Taufik mengatakan saat ini akar masalah dari
dari insiden flash masih dalam investigasi. Ia juga menyebut investigasi
dilakukan baik oleh internal Pertamina grup dari holding, Dirjen Migas ESDM,
dan dari pihak kepolisian.
"Sampel dari material nanti akan kami lakukan uji
laboratorium untuk melakukan analisis metalurgi untuk memastikan apakah nanti
material seperti ini masih sesuai untuk hydrogen service tersebut atau harus
dilakukan peningkatan kekuatan materialnya," imbuh Taufik.
Berdasarkan keterangan Taufik, Kilang Dumai merupakan kilang
pengolahan minyak terbesar ketiga di Indonesia. Kilang itu memiliki total
kapasitas pengilangan 170 ribu barel per hari atau hampir 16,5 persen dari
total kapasitas kilang Pertamina.
Untuk simplifikasi sistem kilang, tentunya mayoritas produk
dari kilang Dumai adalah produk solar di mana dihasilkan dari CDU dan HCU.
Kilang Dumai meledak pada Sabtu (1/4) lalu. Imbasnya, rumah
hingga masjid di sekitar kilang itu rusak.
Ledakan itu pun mengakibatkan sembilan pekerja di ruang
operator terkena pecahan kaca. KPI Refinery Unit (RU) Dumai menyatakan akan
menanggulangi kerusakan dan bertanggung jawab terhadap korban.
"PT KPI RU Dumai meminta maaf atas kejadian ini dan kami
akan bertanggung jawab atas kerugian yang terjadi di masyarakat," ujar
Area Manager Communication, Relations, & CSRPT PT KPI RU Dumai Agustiawan
dalam keterangan resmi, Minggu (2/4).
Sementara itu, kepolisian menyebut penyebab ledakan dan
kebakaran yang terjadi di Kilang Pertamina Refinery Unit II Dumai itu sementara
diduga akibat kesalahan teknis pada salah satu unit pompa.
Kapolda Riau Irjen Muhammad Iqbal mengatakan dari hasil olah
Tempat Kejadian Peraturan (TKP), ledakan diduga disebabkan pelepasan H2 di area
pipa Suction Discharge Area yang menyebabkan flash serta terbakarnya HCU.