bulat.co.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan buka suara soal anggapan
Tesla beralih ke baterai dengan komponen lithium fero-phospate (
LFP), tak lagi pakai baterai nikel. Tapi kenyataannya sungguh pahit.Luhut menyatakan tidak benar jika pabrik
Tesla di China menggunakan 100%
LFP untuk baterai mobil listriknya. Dia menegaskan
Tesla masih menggunakan baterai berbasis nikel yang disuplai LG.
"Terkait
LFP. Tidak benar yang disebutkan itu kalau pabrik
Tesla di Shanghai menggunakan 100%
LFP untuk mobil listriknya. Mereka masih menggunakan baterai berbahan dasar nikel, yang disuplai oleh LG," ungkap Luhut dalam unggahannya di Instagram, @luhut.pandjaitan, Rabu (24/1/2024).
Pernyataan Luhut itu tak sepenuhnya benar jika melihat perkembangan pasar saat ini.
Memang benar bahwa
Tesla menggunakan nikel untuk baterai mobil listriknya. Beberapa mobil listrik
Tesla masih pakai material nikel untuk baterainya. Namun,
Tesla juga mulai beralih ke baterai jenis
LFP. Beberapa mobil listrik
Tesla sudah menggunakan baterai
LFP seperti
Tesla Model 3 dan
Tesla Model Y.
Dikutip Automotive News, CEO
Tesla Elon Musk mengatakan bahwa sebagian besar proyek elektrifikasi adalah baterai berbasis besi atau
LFP. Bahkan dalam paper Master Plan Bagian 3 yang dirilis
Tesla, mereka akan menggunakan baterai
LFP untuk truk listrik berat jarak pendek yang disebut Semi Light.
Pabrikan mobil listrik asal Amerika Serikat ini mengatakan, kendaraan listrik kecil akan menggunakan baterai
LFP berkapasitas 53 kWh.
Tesla mengatakan pihaknya menggunakan baterai
LFP pada kendaraan ukuran menengahnya, Model 3 dan Model Y.
Baterai
LFP memang lebih besar dan lebih berat, serta umumnya memiliki energi yang lebih sedikit dibandingkan sel berbasis nikel, sehingga memberikan jangkauan yang lebih pendek. Namun, baterai
LFP cenderung menimbulkan risiko kebakaran yang lebih kecil dibandingkan baterai berbasis nikel, memiliki usia pakai lebih panjang dan diklaim harganya lebih murah.