bulat.co.id -
GAZA | Semakin banyak negara yang menghentikan pendanaan untuk badan terbesar Perserikatan Bangsa-Bangsa (
PBB) yang beroperasi di
Gaza, seiring dengan semakin parahnya krisis akibat dugaan peran beberapa staf dalam serangan
Hamas terhadap
Israel pada 7 Oktober lalu.Jepang dan Austria telah menangguhkan pembayaran kepada badan
PBB untuk pengungsi
Palestina,
UNRWA.
Amerika, Inggris, Jerman dan Italia juga termasuk di antara negara-negara yang telah menangguhkan pendanaan.
UNRWA mengatakan kepada BBC bahwa mereka "sangat putus asa" karena kebutuhan kemanusiaan di
Gaza terus meningkat dari waktu ke waktu.
Juliette Touma, direktur komunikasi
UNRWA, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan BBC bahwa tuduhan tersebut sangat serius.
"Kami sangat putus asa. Hal ini terjadi pada saat kebutuhan kemanusiaan di
Gaza semakin meningkat," katanya, seraya menambahkan bahwa dia sendiri telah mengunjungi wilayah tersebut minggu lalu.
"Orang-orang terus mengungsi. Orang-orang kelaparan. Waktu terus berjalan cepat menuju kelaparan," ujarnya.
"Kami melakukan segala yang kami bisa untuk mencegah kelaparan. Namun kekurangan dana yang kita hadapi saat ini, ketika setidaknya 10 donor terbesar menghentikan sementara pendanaan, hal ini akan berdampak sangat buruk, dampak yang sangat serius terhadap operasi kemanusiaan terbesar di
Gaza saat ini," lanjutnya.
Dia mengatakan
UNRWA belum melihat buktinya, namun tuduhan tersebut sedang diselidiki oleh kantor pengawasan
PBB di New York.
Seperti diketahui, badan tersebut telah memecat beberapa stafnya atas tuduhan bahwa mereka terlibat pada tanggal 7 Oktober, ketika orang-orang bersenjata
Hamas menyusup ke
Israel, menewaskan sekitar 1.300 orang sebagian besar warga sipil dan menyandera sekitar 250 lainnya kembali ke
Gaza.
Kementerian kesehatan yang dikelola
Hamas di wilayah tersebut mengatakan lebih dari 26.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak telah terbunuh di
Gaza sejak
Israel melancarkan operasi militer besar-besaran sebagai tanggapan.
Sebanyak 1,7 juta orang lainnya telah meninggalkan rumah mereka, dan banyak dari mereka berlindung di fasilitas
UNRWA.
Menurut sebuah laporan di New York Times, sebuah dokumen intelijen
Israel menuduh bahwa hampir 200 pekerja
UNRWA adalah anggota
Hamas atau Jihad Islam, tanpa memberikan bukti rinci.
Berkas tersebut juga menuduh bahwa setidaknya 12 pekerja menyeberang ke
Israel pada tanggal 7 Oktober.
UNRWA telah memecat sembilan dari pegawai tersebut dan mengatakan pihaknya sedang menyelidikinya.
Laporan lain yang diterbitkan oleh Wall Street Journal, yang juga mengutip dokumen intelijen
Israel, menyatakan bahwa sekitar 1.200 dari 12.000 karyawan
UNRWA di
Gaza memiliki hubungan dengan
Hamas atau Jihad Islam.