bulat.co.id -Otoritas
Iran telah melakukan eksekusi mati pertamanya atas aksi-aksi protes yang telah mengguncang rezim sejak September.
Eksekusi mati ini memicu kemarahan internasional dan peringatan dari kelompok hak asasi manusia bahwa hukuman gantung berikutnya akan segera terjadi.
Dilansir detikNews, Jumat (9/12/2022), Mohsen Shekari (23) telah dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman mati karena memblokir jalan dan melukai seorang paramiliter selama fase awal aksi protes. Menurut kelompok-kelompok HAM, setidaknya selusin orang lainnya saat ini berisiko dieksekusi mati setelah dijatuhi hukuman gantung sehubungan dengan protes tersebut.
Baca Juga:Presiden Palestina Sebut Israel Bukan Lagi Mitra Perdamaian di PBB
Demonstrasi telah melanda
Iran selama hampir tiga bulan sejak wanita Kurdi Iran, Mahsa Amini (22) meninggal dalam tahanan setelah penangkapannya oleh polisi moral karena dugaan pelanggaran aturan berhijab.
Aksi-aksi protes, yang digambarkan oleh otoritas
Iran sebagai "kerusuhan" itu, menjadi tantangan terbesar bagi republik Islam tersebut sejak didirikan setelah penggulingan Shah pada 1979.
"Mohsen Shekari, seorang perusuh yang memblokir Jalan Sattar Khan di Teheran pada 25 September dan melukai salah satu penjaga keamanan dengan parang, dieksekusi pagi ini," kata situs pengadilan, Mizan Online.
"Eksekusinya mengungkap ketidakmanusiawian dari apa yang disebut sistem peradilan Iran, di mana banyak orang lain menghadapi nasib yang sama," ujar Amnesty.
Mahmood Amiry-Moghaddam, direktur kelompok Hak Asasi Manusia
Iran (IHR) yang berbasis di Oslo, Norwegia, mendesak reaksi internasional yang kuat jika tidak, "kita akan menghadapi eksekusi massal para pengunjuk rasa".
"Mohsen Shekari dieksekusi setelah persidangan yang tergesa-gesa dan tidak adil tanpa pengacara," katanya.
Pemerintah negara-negara Barat juga menyatakan kemarahan atas eksekusi mati tersebut.
Washington menyebut eksekusi Shekari sebagai "eskalasi yang suram" dan berjanji untuk meminta pertanggungjawaban rezim
Iran atas kekerasan "terhadap rakyatnya sendiri."
Di Roma, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyatakan kemarahan atas "penindasan yang tidak dapat diterima ini" yang menurutnya, tidak akan membatalkan tuntutan para pengunjuk rasa.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock memiliki pesan serupa. "Ancaman eksekusi tidak akan mencekik keinginan untuk kebebasan," tulisnya di Twitter.
"Penghinaan rezim
Iran terhadap kehidupan manusia tidak terbatas," kata Baerbock.
Menteri Luar Negeri Inggris James Cleverly juga menyatakan kemarahan dan mendesak dunia untuk tidak mengabaikan "kekerasan menjijikkan yang dilakukan oleh rezim
Iran terhadap rakyatnya sendiri."