bulat.co.id -LONDON | Sekitar 200 anggota pasukan khusus Afghanistan, yang dilatih dan didanai oleh Inggris akan segera dideportasi ke tanah air mereka yang dikuasai Taliban.
Menurut laporan BBC, angka-angka tersebut yang dikumpulkan oleh jaringan veteran Afghanistan disebut sebagai "pengkhianatan" dan "aib" oleh seorang mantan jenderal Inggris.
Para tentara tersebut melarikan diri ke Pakistan, yang kini menyatakan akan mengusir pengungsi Afghanistan.
Inggris mengatakan mereka telah menyelamatkan ribuan warga Afghanistan.
Jenderal Sir Richard Barrons, yang bertugas di Angkatan Darat
Inggris di Afghanistan selama lebih dari 12 tahun, mengatakan kepada BBC Newsnight bahwa kegagalan
Inggris untuk merelokasi tentara-tentara ini adalah hal yang memalukan, karena hal itu mencerminkan bahwa
Inggris bermuka dua sebagai sebuah bangsa atau tidak kompeten.
"Keduanya tidak bisa diterima. Ini adalah pengkhianatan, dan akibat dari pengkhianatan itu adalah orang-orang yang mengabdi bersama kami akan mati atau menghabiskan hidup mereka di penjara," terangnya.
Setelah investigasi BBC Newsnight, anggota parlemen mengajukan Pertanyaan Mendesak di House of Commons pada Senin (11/12/23).
Pada 2021, Perdana Menteri (PM) Boris Johnson mengatakan kepada Parlemen bahwa tugas
pasukan khusus Afghanistan ini sangat penting, dan menambahkan bahwa
Inggris akan melakukan apa pun yang bisa untuk mendapatkan jalan yang aman bagi mereka.
Kekhawatiran terhadap
pasukan komando Afghanistan muncul ketika terungkap bahwa pemerintah juga menolak seruan dari tokoh-tokoh senior diplomatik dan militer
Inggris untuk menawarkan suaka kepada para pemimpin penting sipil Afghanistan yang nyawanya dalam bahaya.
BBC telah memperoleh surat pribadi yang dikirim pada Maret 2022 ke Kementerian Luar Negeri, yang menyerukan bantuan segera untuk diberikan kepada 32 mantan gubernur, jaksa dan pejabat yang bekerja dengan
Inggris dan AS di Provinsi Helmand selama operasi antara 2006 dan 2014.
Seperti sebagian besar dari 200 tentara
pasukan khusus, 32 pejabat ini telah mengajukan permohonan untuk datang ke
Inggris melalui Program Relokasi dan Bantuan Afghanistan (ARAP), yang ditujukan bagi mereka yang dipekerjakan oleh pemerintah Inggris, atau yang bekerja di Afghanistan bersama departemen pemerintah Inggris, bermitra dengan atau mendukungnya secara erat.
Banyak pejabat dan tentara yang ditolak, sementara yang lain masih menunggu keputusan setelah lebih dari setahun.
Salah satu pejabat tersebut, yang merupakan mantan gubernur distrik, mengatakan kepada BBC bahwa permohonan bantuannya melalui skema tersebut ditolak dua minggu lalu, lebih dari 20 bulan setelah ia pertama kali mengajukan permohonan.