"Kami benar-benar fokus untuk menciptakan penghematan
yang tahan lama," kata Pichai.
"Kami senang dengan kemajuannya, tetapi masih banyak
pekerjaan yang harus dilakukan," sambungnya.
Google bertahun-tahun menggunakan sistem AI untuk lebih
memahami query atau perintah kompleks. Namun, peluncuran ChatGPT secara luas
pada November oleh OpenAI memicu perlombaan untuk mengintegrasikan teknologi ke
dalam produk konsumen.
CEO Microsoft Satya Nadella mengatakan pada Februari lalu
bahwa "perlombaan baru dimulai dengan teknologi platform yang benar-benar
baru."
Microsoft menanamkan teknologi di belakang ChatGPT ke dalam
mesin pencari Bing, yang jauh tertinggal dari pencarian Google.
Langkah tersebut memungkinkan pengguna untuk terlibat dalam
percakapan panjang dengan produk.
Google mulai menguji fitur AI baru pada Gmail dan produk
terkait pekerjaan lainnya. Sementara, Microsoft beralih untuk menawarkan AI di
luar Bing untuk digunakan di beberapa alat perangkat lunak bisnisnya.
Google terkadang berhati-hati bergerak terlalu cepat dengan
teknologinya. Ketika Google pada bulan Maret membuka akses publik ke Bard,
chatbot berbasis AI, perusahaan tidak mengintegrasikannya ke dalam mesin
pencarinya.
Namun, perusahaan menawarkannya melalui daftar tunggu di
situs yang berdiri sendiri.
"Sungguh luar biasa melihat kegembiraan pengguna
seputar adopsi teknologi ini, dan beberapa di antaranya juga merupakan kejutan
yang menyenangkan," kata Pichai.
Saat ditanya mengapa perusahaan tidak merilis chatbot lebih
awal, dia mengatakan Google masih berusaha mencari pasar yang tepat.
"Kami berulang kali mengirimkan sesuatu, dan mungkin
lini masa berubah, mengingat momen di industri ini," katanya, melansir Economic
Times.