Para peneliti menyoroti tanda-tanda penurunan integritas pembuluh darah dan peningkatan sel kekebalan yang menyusup ke otak terkait dengan kerusakan jaringan. Hal tersebut mungkin merupakan akibat langsung dari infeksi COVID-19 atau akibat tidak langsung dari respons kekebalan ibu.
Meskipun virus corona hanya terkonfirmasi di jaringan janin, dapat diasumsikan bahwa infeksi tersebut ditularkan ibu yang positif COVID-19. Masih belum jelas apakah perdarahan otak disebabkan oleh COVID-19 atau ada infeksi lain di dalam janin. Namun, kaitan tersebut cukup kuat untuk menjadi perhatian para peneliti.
Terlebih, sebagian besar sampel dengan tanda-tanda perdarahan berasal dari akhir trimester pertama dan awal trimester kedua kehamilan. Ini menunjukkan bahwa otak janin dapat terpengaruh pada tahap awal perkembangannya.
Trimester pertama merupakan masa kritis bagi bayi. Sebab, pada periode itu otak bayi mulai berkembang dan menciptakan penghalang untuk melindungi otak.
"Kita tahu bahwa infeksi virus yang parah dapat mempengaruhi otak janin, tetapi studi penting ini adalah yang pertama menunjukkan bahwa ini mungkin terjadi pada kehamilan yang terkena infeksi COVID," kata ahli fisiologi King's College London Lucilla Poston.
"Apapun penyebabnya, efek langsung dari virus atau konsekuensi tidak langsung dari infeksi ibu, penelitian ini menyoroti perlunya ibu hamil divaksinasi COVID-19, sehingga menghindari komplikasi bagi ibu dan bayi," beber Poston.