Hal ini dikarenakan microsleep menyebabkan pengemudi kehilangan
kendali ketika berkendara.
Terkait hal itu, dr Ade memberikan sejumlah tips agar tidak
terjadi microsleep saat mengemudi, di antaranya:
1. Tidur
Dua minggu sebelum berangkat mudik, pengemudi disarankan
memenuhi kebutuhan jam tidur. Dalam sehari, manusia membutuhkan waktu tidur 7-9
jam semalam.
"Jadi sudah harus tercukupi. Harusnya sih dua minggu
sebelum perjalanan jauh sudah mulai gitu," kata dr Ade.
dr Ade menambahkan, pengemudi wajib tidur minimal 6 jam
sebelum berkendara. Sehingga, pengemudi terhindar dari rasa kantuk selama di
perjalanan.
2. Berkendara sesuai Jam Sirkadian
Ritme sirkadian merupakan pola tidur hingga bangun seseorang
dalam 24 jam atau sehari. Ini membantu mengontrol jadwal harian tidur dan
terjaga. Bisa dipengaruhi faktor cahaya, terang dan gelap, serta faktor lainnya
seperti gangguan tidur.
Terkait hal ini, dr Andreas menyarankan agar pengemudi
berangkat mudik pada jam-jam ketika ia biasa terjaga.
"Jadi tidak boleh berkendara di jam-jam yang biasa kita
tidur," kata dr Ade.
3. Ganti pengemudi
Orang yang memiliki kebiasaan mendengkur atau sleep apnea
harus lebih mewaspadai risiko microsleep. Karenanya, dr Ade menganjurkan untuk
tidak mengemudi.
"Pendengkur memiliki risiko 15 kali lipat kecelakaan
lalu lintas dibandingkan yang tidak mendengkur," jelas dr Ade.
"Jadi kalau yang biasanya tidur ngorok nggak boleh jadi
supir, yang lain aja yang nyetir," bebernya.