Bulat.co.id - Harga minyak mentah dunia meroket sekitar 4 persen pada penutupan perdagangan pekan lalu. Kenaikan harga minyak didorong keputusan OPEC dan sekutunya (OPEC+) yang akan melakukan pemangkasan produksi.
Pemangkasan ini disinyalir akan menjadi yang terbesar sejak 2020, dan dilakukan di tengah kekhawatiran resesi dan kenaikan suku bunga.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$4,19, atau 4,7 persen menjadi US$92,64 per barel. Sementara, minyak berjangka Brent naik US$3,50, atau 3,7 persen menjadi US$97,92 per barel.
Kenaikan harga minyak saat ini juga menjadi yang tertinggi sejak akhir Agustus lalu. Selain itu, kedua kontrak membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut, dan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret.
Tercatat, Brent naik sekitar 11 persen. Sementara, WTI lompat 17 persen lebih tinggi. Sebelumnya, OPEC+ akan memangkas produksi minyak sampai 2 juta barel per hari atau setara dengan 2 persen permintaan minyak global mulai November mendatang.
OPEC+ menyatakan pemangkasan produksi dilakukan demi mengimbangi ketidakpastian ekonomi dan pasar minyak global.
Sebagai informasi, seperti yang dilansir dari CNN, Senin (10/10/2022), harga minyak global memang diwarnai ketidakpastian belakangan ini. Pada semester pertama tahun ini, harga minyak sempat melonjak ke level US$139 per barel.
Lonjakan terjadi akibat perang antara Rusia dengan Ukraina. Namun setelah itu, harga minyak dunia langsung ambruk.
Harga minyak Brent misalnya, turun 20 persen sejak akhir Juni. Penurunan dipicu kekhawatiran pasar atas kondisi ekonomi dunia yang akan diterpa resesi akibat lonjakan inflasi belakangan ini. (Red)