bulat.co.id -Perjalanan hidup seseorang terkadang memang sulit di prediksi pada akhirnya, ada yang dari muda menghadapi kehidupan dengan santai di hari tuanya, semakin enak penghidupanya. Ada pula sedari muda bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan, sudah tua malah mengalami kesulitan yang semakin bertambah.
Rustam (76) seorang warga Kelurahan Kebondalem, Kecamatan
Pemalang kota, dalam usianya yang terbilang uzur masih tetap setia berjualan mainan kitiran (baling-baling.red) di
Alun-alun kota Pemalang.
Saat di temui awak media pada senin (13/3/2023), bapak enam orang anak dan belasan cucu ini terdengar masih lantang menawarkan mainan jualannya di jalan R.E Mardinata sebelah utara alun-alun.
Tangannya yang keriput, masih tegar memutar kitiran yang terbuat dari mika plastik yang berwarna-warni. Sesekali berteriak lantang menawarkan jualannya kepada para pejalan kaki yang membawa anaknya.
"Saya berjualan mainan sejak muda, mungkin 50 tahun ada mas. Yang namanya rejeki ya terkadang 10 sampai 20 kitiran terjual dari pagi sampai siang mas," kata Rustam.
Baca juga:Pemalang Masih Belum Sesuai Harapan">Harga Gabah Kering di Tingkat Petani Pemalang Masih Belum Sesuai Harapan
Mainan Kitiran yang Rustam jual, dirinya menuturkan dibelinya dari toko mainan. terbatasnya modal membuat Rustam, hanya mampu menjual mainan kitiran saja.
Dirinya punya keinginan untuk lebih banyak lagi berjualan aneka mainan anak-anak dengan jenis lain.
"Saya mau minta sama anak nggak enak malah ngerepotin, toh anak-anak saya juga punya tanggungan sendiri, jadi saya menghindari untuk tidak menyusahkan anak," kata Rustam tegas.
Seorang pembeli mainan kitiran Ayu (25) warga Wanarejan Utara mengatatakan, selalu melihat Rustam sejak dulu ketika dirinya sedang membawa anaknya untuk pergi ke Alun-alun/
"Saya sering jalan-jalan kemari sama anak, selalu melihat mbah Rustam tetap jualan, ini saya beli dua seharga 10 ribu," kata Ayu.
Masa tua dimana kebanyakan orang menikmati pensiunan dalam bekerja. Lain dengan Rustam, lelaki Tua yang kokoh ini tetap semangat mengais sisa rejeki dalam usia senjanya. Tak ada penyesalan yang terlihat dari balik wajahnya yang keriput. Tangan dan kakinya tetap bergerak walau pelan menyongsong anugrah dari Tuhan.