bulat.co.id -
PEMALANG I
Polres Pemalang memeriksa 15 anak saksi yang masih berstatus pelajar tingkat sekolah menengah pertama (SMP), buntut kasus tawuran antar geng yang sempat viral dan membuat prihatin seluruh kalangan masyarakat di Kabupaten Pemalang, Minggu (29/9/202) dini hari kemarin.
"Dari 15 anak saksi yang diperiksa, 4 diantaranya ditetapkan sebagai anak yang berkonflik dengan hukum atau ABH," kata Kapolres Pemalang AKBP Eko Sunaryo, Kamis ( 3/10 ).
Kapolres Pemalang mengatakan, tawuran antar remaja tersebut melibatkan dua kelompok atau geng, yakni dari Kabupaten Pekalongan dan Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang.
"Awalnya sekelompok remaja asal Comal nongkrong di rumah salah satu anak saksi, kemudian salah seorang ABH mendapatkan pesan melalui media sosial sekira pukul 22.00 WIB, yang berisi ajakan tawuran dari kelompok remaja asal Pekalongan," kata Kapolres Pemalang.
Kapolres Pemalang mengatakan, ABH tersebut kemudian menawarkan kepada teman-temannya, untuk menjawab tantangan tawuran dari kelompok remaja asal Pekalongan.
"Mendapat tantangan tersebut, kelompok remaja asal Comal menyetujui, lalu membuat kesepakatan lokasi dan waktu tawuran dengan kelompok remaja asal Pekalongan," kata Kapolres Pemalang.
Kapolres Pemalang mengatakan, kedua kelompok remaja men sepakati lokasi tawuran di jalan raya Comal Baru, masuk wilayah Kelurahan Purwoharjo Kecamatan Comal.
"Sebelum mendatangi lokasi sesuai kesepakatan, sejumlah remaja asal Comal menyiapkan berbagai jenis senjata tajam dan alat pemukul, seperti celurit, golok, stik golf dan stik baseball," kata Kapolres Pemalang.
Kapolres Pemalang mengatakan, setelah kelompok remaja asal Pekalongan datang, kelompok remaja dari Comal langsung mendekati.
"Namun karena kalah jumlah, kelompok remaja asal Pekalongan langsung berbalik arah, dan dikejar oleh kelompok remaja dari Comal yang jumlahnya lebih banyak," kata Kapolres Pemalang.
Kapolres Pemalang mengatakan, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, karena kelompok remaja dari Pekalongan pergi meninggalkan lokasi sebelum terjadinya tawuran.
Setelah kejadian, Kapolres Pemalang mengatakan, sejumlah remaja asal Comal berkumpul di depan sebuah toko, lalu berfoto membawa senjata tajam dan alat pemukul yang digunakan untuk tawuran.
"Dari hasil gelar perkara, ditetapkan empat anak saksi telah menguasai senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk, dan keempat anak saksi tersebut telah ditetapkan sebagai anak yang berkonflik dengan hukum," kata Kapolres Pemalang.
Kapolres Pemalang mengatakan, 4 anak yang berkonflik dengan hukum dikenakan pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Darurat RI nomor 12 tahun 1951.
"Adapun bunyi pasal tersebut ialah, barang siapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk, dihukum dengan penjara setinggi tingginya sepuluh tahun," kata Kapolres Pemalang.
Kapolres Pemalang mengatakan, pihaknya juga memberikan pembinaan kepada anak saksi yang telah diamankan, didampingi orang tua, guru, tokoh masyarakat dan perangkat desa.
"Seluruh anak saksi membuat surat pernyataan yang berisi tidak akan mengulangi perbuatan serupa, diketahui oleh orang tua, pihak sekolah, dan pemerintah desa," kata Kapolres Pemalang.
"Seluruh anak saksi juga telah diserahkan untuk dibina oleh orang tua masing-masing," imbuh Kapolres Pemalang.
Dalam mengantisipasi potensi gangguan kamtibmas dan mencegah kenakalan remaja, Kapolres Pemalang mengatakan, Polres Pemalang dan jajaran Polsek telah menggiatkan patroli pada malam sampai dini hari.
"Sasaran patroli diantaranya, balapan liar, tawuran, penyalahgunaan narkoba, minuman keras dan kenakalan remaja lainnya," kata Kapolres Pemalang.
Meskipun demikian, Kapolres Pemalang mengatakan, partisipasi seluruh komponen masyarakat dan orang tua sangat dibutuhkan, dalam melakukan pengawasan dan pembinaan kepada anak remaja, mulai dari lingkungan keluarga hingga lingkungan masyarakat.
"Mari sayangi anak-anak kita dengan selalu mengecek keberadaannya, jangan biarkan anak-anak kita bermain hingga larut malam, dan pastikan pukul 22.00 WIB mereka sudah berada di rumah," kata Kapolres Pemalang.