Marten Mitar Ajak Masyarakat Perkuat Ketahanan Pangan dan Maksimalkan Peluang MBG

Teguh Adi Putra - Selasa, 22 April 2025 06:31 WIB
Marten Mitar Ajak Masyarakat Perkuat Ketahanan Pangan dan Maksimalkan Peluang MBG
Ven Darung
Anggota DPRD Manggarai Barat, Marten Mitar tengah memberikan pemahaman kepada masyarakat soal pentingnya ketahanan pangan dan peluang program MBG kepada masyarakat saat Reses Masa sidang 2 di kampung Kondas, desa Tiwu Riwu kecamatan Mbeliling kabupaten M
bulat.co.id, Labuan Bajo -Anggota DPRD kabupaten Manggarai Barat, Martinus Mitar melaksanakan kegiatan Reses Masa Sidang II tahun 2025 di Kampung Kondas, desa Tiwu Riwu, kecamatan Mbeliling pada Senin, 21 April 2025, malam.

Reses tersebut dihadiri oleh kepala desa Tiwu Riwu, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Pendidik, Tokoh Pemuda dan Tokoh Perempuan.

Anggota DPRD Manggarai Barat itu diterima secara adat oleh Tua Adat kampung Kondas, Valenstinus Jana.

Kepala desa Tiwu Riwu, Marselis Roni saat membuka kegiatan tersebut mengapresiasi semangat anggota DPRD dari Partai NasDem itu.

Kata Marselis, Marten merindukan hadir di desa Tiwu Riwu.

"Beliau hadir untuk menjemput aspirasi kita masyarakat desa Tiwu Riwu. Beliau adalah utusan kita di Dewan Mabar," ungkapnya.

Marten Mitar dalam reses tersebut mencoba memantik semangat masyarakat untuk tidak ragu menyampaikan aspirasi.

Menurutnya, kegiatan reses adalah momentum untuk bertukar pikiran untuk membuka cara berpikir baru dalam menyampaikan aspirasi.

Marten juga menyoroti bantuan pemerintah yang merupakan hasil dari pokok pikiran reses anggota DPRD.

Marten mempertanyakan kemana bantuan bantuan tersebut. "Setiap kali reses, permintaannya selalu sama, yaitu traktor, ternak dan lain sebagainya. Tapi tidak jelas pengelolaannya," tutur ketua Banggar DPRD Manggarai Barat itu.

Kedaulatan Pangan.

Dalam momen tersebut, Marten mengajak warga untuk merefleksikan pentingnya kesadaran untuk mengelola sumber daya yang ada.

"Apakah pemerintah tidak berbuat atau kita masyarakat sendiri belum sadar dan belum maksimal mengelola sumber daya yang ada," ungkap Marten.

Ia bahkan menyinggung gerakan mantan Gubernur NTT, Ben Mboy.

Ben Mboy, kata Marten mempunyai gerakan Petani Menanam.

Ia menyadari bahwa karena gerakan tersebut, banyak orang tua bisa menyekolahkan anak anaknya.

Marten bahkan mengatakan kalau dirinya menjadi DPRD karena berkat gerakan tersebut.

"Saya masih ingat waktu kecil, saya menanam kopi di kebun dekat rumah," ungkapnya.

Marten juga mengungkapkan bahwa ketakutan pemerintah, produksi petani tidak ada.

"Gerakan ketahanan pangan pemerintah mau mengatakan kepada kita bahwa kita harus merubah cara berpikir.

Bukan pegawai yang kaya, tetapi kita yang petani. Kita punya potensi sumber daya alam. Kita punya bidang tanah kopi, cengkeh, kemiri dan lain sebagainya," kata Marten.

Dia melanjutkan, Pemerintah kabupaten Manggarai Barat telah menyediakan fasilitas. "Jalan sudah bagus. Kalau mau ke Labuan Bajo gampang, tidak sepeti dulu," lanjut Marten.

Ia meminta warga untuk memperkuat pertanian lahan kering.

"Kenapa kita tidak manfaatkan lahan tidur kita? Tanah itu harus ditanami dengan tanaman hortikultura.

Tugas kami adalah Menjembatani semangat petani dalam mengelola lahan yang ada. Maka inilah ruang diskusi bagi kita.

Cobalah untuk berpikir mengelola lahan untuk kemakmuran," ungkapnya.

Apa yang bisa kita berikan untuk MBG?

Menurut Marten, saatnya petani untuk bergerak mengelola sumber daya yang ada. Pemerintah pusat, kata dia, telah menyediakan satu program yang cukup membutuhkan dukungan para petani. Program itu kata marten adalah Makan Bergizi Gratis [MBG].

"Satu dapur menyerap berapa kilo sayur per hari, daging, telur dan buah buahan. Apakah kita bisa memenuhinya? Jangan sampai kita ambil dari Jawa," katanya.

Untuk itulah, kata Marten, petani atau warga harus mengelola lahan tidur.

"Bentuk kelompok tani. Saya mau Ibu ibu menjadi petani sayur. Apa yang Ibu ibu butuhkan, akan saya jembatani.

Begitu juga Bapa bapa. Yang mau jadi petani kopi, cengkeh dan yang lainnya silahkan bentuk kelompok. Apa yang dibutuhkan, akan saya bantu," ungkapnya.

Marten juga mengatakan bahwa ia berinisiatif untuk menjadikan Puar Lolo sebagai Rest Area Mini.

Warga meminta

Setelah mendapat wawasan baru dari anggota DPRD Manggarai Barat itu, warga desa Tiwu Riwu menyampaikan sejumlah permintaan.

Yohanes Jehanu, salah satu warga Kondes mengungkapkan bahwa dulu ia menanam kopi. Petik kopi untuk sekolah anak anak.

"Tapi beberapa tahun silam, kami babat kopi untuk menanam porang. Karena tergiur dengan harga porang dan proses pengolahannya yang dianggap mudah.

Tapi sekarang kami menyesal karena susahnya memasarkan porang. Menyesal juga karena harga kopi sekarang yang melambung tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan di rumah tangga, kami harus beli kopi di kios kios," ungkap Yohanes.

Yohanes pun meminta bibit kopi Kolombia.

Berbeda dengan Yohanes, Hendrikus Heman justru tak menyesali sikapnya dulu yang lebih membabat kopi untuk menanam Porang.

"Kami memikirkan bagaimana menanam di tanah yang luasnya kecil tapi hasilnya luar biasa," ungkap Hendrikus.

Menurutnya, tanaman porang lebih mudah diolah dan harganya yang menjanjikan ketimbang kopi.

Hendrikus juga meminta anggota DPRD Manggarai Barat itu untuk meminta pemerintah mengawasi harga komoditi.

"Harga yang bisa dimain mainkan oleh Tengkulak. Pemerintah harus bisa mengawasi harga komoditi. Pemerintah harus bisa menjamin harga," pintanya.

Ia bahkan mengungkapkan bahwa Tengkulak menjadikan petani itu seperti bola.

Hendrikus meminta bantuan Mesin untuk kupas kemiri.

Sementara itu, Yosep Sun, mengungkapkan bahwa banyaknya lahan tidur karena banyaknya warga yang melepaskan tanahnya karena tak mampu mengelola. Kata dia, karena tak bisa lagi bekerja sendiri.

Kata dia, mereka dulu bisa mengerjakan semua lahan berkat kerja sama. "Tidak membudayakan budaya kerja gotong royong, mungkin ini juga menjadi salah satu penyebab banyaknya lahan tidur di desa Tiwu Riwu," katanya.

"Ada lahan tidur untuk bisa kita manfaatkan untuk ditanam sayur. Tapi mata air jauh ke bawah lembah. Sehingga kami butuh air Sanyo," lanjutnya.

Sementara itu, Ibu Ernes meminta pembukaan jalan tani dan jalan Kondas - Repes

Ibu Ernes mengungkapkan bahwa selama ini, dirinya masih menggunakan tenaga Kerbau untuk pikul kemiri dari kebun ke kampung.

Selain itu, warga juga meminta bibit cengkeh dan Alpukat unggul.

Kata warga, ada Lahan seluas 20 Ha yang belum ditanami apa apa. Untuk itu, warga meminta bibit Cengkeh untuk ditanami di lahan tersebut.

Marten Mitar Menjawab

Anggota DPRD Partai NasDem itu menyoroti

banyaknya petani yang membabat kopi untuk menanam kemiri.

Kata Marten, keputusan itu sangat disayangkan.

"Porang itu bukan kebutuhan pasar umum. Tingkat permintaan ekspornya belum jelas. Harus hati hati menanam komiditi yang pasarnya belum jelas. Permintaannya hanya oleh beberapa negara yang sewaktu waktu barang itu tidak akan dimintai lagi," ungkapnya.

Soal jalan tani, Marten menjelaskan bahwa tiga tahun terakhir pemerintah kabupaten Manggarai Barat telah membuka banyak jalan tani.

"Kita sudah buka jalan tani. Ke depannya hanya untuk peningkatan," ungkapnya.

Ia juga mengatakan bahwa jalan Ndiheng - Repes - Kaca akan segera dibangun. "Jalan Kondes Repes menjadi prioritas saya," katanya.

Sementara itu, terkait permintaan warga soal bibit Cengkeh, Kopi dan Alpukat, dirinya akan menyampaikan hal itu kepada dinas pertanian.

Warga desa Tiwu Riwu sangat mengapresiasi langkah yang diambil oleh anggota DPRD Manggarai Barat itu. Mereka berharap permintaan mereka bisa dipenuhi oleh pemerintah.

Penulis
: Ven Darung
Editor
: Ven Darung
Tags
Berita Terkait
Komentar
Berita Terbaru